Kamis, 16 Juni 2011

Batak Samosir Berbeda Dengan Batak Toba


Samosir merupakan sub atau bagian dari suku bangsa Batak. Suku Batak Samosir meliputi Kabupaten Samosir dan sebagian kecil Kabupaten Toba Samosir yang sekarang yang wilayahnya meliputi pulau Samosir.

SAMOSIR MASUK DALAM KERAJAAN BATAK
Pada masa Kerajaan Batak yang berpusat di Bakara, Kerajaan Batak yang dalam pemerintahan Dinasti Sisingamangaraja membagi Kerajaan Batak dalam 4 (empat) wilayah yang disebut Raja Maropat, yaitu:

1)      Raja Maropat Silindung
2)      Raja Maropat Samosir
3)      Raja Maropat Humbang
4)      Raja Maropat Toba

Daerah Batak Samosir masuk dalam wilayah Raja Maropat Samosir yang wilayahnya meliputi pulau Samosir. Namun akibat geografis, keberadaan Samosir sedikit terbelakang dibandingkan dengan wilayah Toba sekitarnta yang menjadi sentra peradaban setelah Barus.
Menurut catatan almanak HKBP, peradaban modernisasi masuk ke Toba sekisar tahun 1840 setelah  Junghun, seorang antropolog Eropa, datang ke tanah Batak. Melalui Junghun kemudian bangsa Eropa dapat mengenal orang Batak. Pada tahun 1878, sebanyak 306 desa di Toba - Silindung masuk dalam koloni Belanda. Baru kemudian pada tahun 1899 para Missionari  HKBP, yakni Pdt. Henock Lumbantobing merintis penginjilan ke Samosir.

Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah Belanda membentuk Keresidenan Tapanuli pada tahun 1910. Keresidenan Tapanuli terbagi atas 4 (empat) wilayah yang disebut afdeling dan saat ini dikenal dengan kabupaten atau kota, yaitu:

1)      Afdeling Padang Sidempuan, yang sekarang menjadi Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, dan Kota Padang Sidempuan.
2)      Afdeling Nias, yang sekarang menjadi Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.
3)      Afdeling Sibolga dan Ommnenlanden, yang sekarang menjadi Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga.
4)      Afdeling Bataklanden, yang sekarang menjadi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Dairi, dan Kabupaten Pakpak Bharat.

Daerah Batak Samosir menjadi salah satu bagian dari 5 (lima) onderafdeling (sub afdeling) dari Afdeling Bataklanden, yaitu Onderafdeling Samosir yang beribukota di Pangururan. Onderafdeling Samosir dipimpin oleh seorang Controleur van Samosir.

PASCA PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI 1945
Setelah kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia pun tetap menjadikan Tapanuli menjadi sebuah keresidenan. Dr. Ferdinand Lumban Tobing merupakan Residen Tapanuli yang pertama.

Hanya sedikit perubahan dilakukan pada bagian penamaan, sedangkan pembagian wilayah tetap sama. Nama Afdeling Bataklanden misalnya diubah menjadi Luhak Tanah Batak dan Luhak pertama yang diangkat adalah Cornelius Sihombing yang pernah menjabat sebagai Demang Silindung.
Nama onderafdeling pun diganti menjadi Urung dan para demang yang memimpin onderafdeing diangkat menjadi Kepala Urung. Onderdistrik pun menjadi Urung Kecil yang dipimpin oleh Kepala Urung Kecil yang dulu adalah sebagai Assistent Demang.

Seiring dengan perjalanan sejarah, pemerintahan di Keresidenan Tapanuli pernah dibagi dalam 4 (empat) kabupaten, yaitu:

1)      Kabupaten Silindung
2)      Kabupaten Samosir
3)      Kabupaten Humbang
4)      Kabupaten Toba

Pada awal tahun 1950, ketika penyerahan kedaulatan, Keresidenan Tapanuli dilebur dalam Provinsi Sumatera Utara dibagi dalam 4 (empat) kabupaten baru, yaitu:

1)      Kabupaten Tapanuli Utara (sebelumnya Kabupaten Tanah Batak)
2)      Kabupaten Tapanuli Tengah (sebelumnya Kabupaten Sibolga)
3)      Kabupaten Tapanuli Selatan (sebelumnya Kabupaten Padang Sidempuan)
4)      Kabupaten Nias

Wilayah Batak Samosir termasuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang beribukota di Tarutung.

KABUPATEN SAMOSIR
Pada akhir tahun 2003 terjadi pemekaran Kabupaten Toba Samosir (Tobasa). Wilayah Samosir saat ini otonom sebagai Kabupaten Samosir yang beribukota di Pangururan sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir.

BATAK SAMOSIR TIDAK SAMA DENGAN BATAK TOBA
Kurang dapat diketahui sejak kapan Samosir dinyatakan sebagai Batak Toba. Padahal Batak Toba hanya meliputi wilayah Balige, Porsea, Laguboti, Parsoburan, Silaen, Sigumpar, Lumban Julu, Ajibata, Uluan, Pintu Pohan, dan sekitarnya. Sedangkan Batak Samosir tidak sama dengan Batak Toba. Samosir telah menjadi wilayah yang berbeda dengan Toba sejak zaman Kerajaan Batak hingga pembagian distrik pada HKBP.
Bila diperhatikan secara saksama pada buku JAMBAR HATA karangan oleh marga Sihombing dan PUSTAHA BATAK Tarombo dohot Turiturian ni bangso Batak oleh W. M. Hutagalung sangat tampak jelas bahwa Samosir selalu dibedakan dengan Toba.  Selain itu, meski dalam banyak hal terdapat persamaan namun perbedaan mencolok dapat dilihat dari aksen bahasa, budaya dan adat istiadatnya.

Sumber :
1)      Laris Kaladius Sibagariang, seorang yang dituakan dan kepala adat di Hutaraja Sipoholon sebagai sumber lisan.
2)      Ramlo R. Hutabarat, sebagai salah satu sumber tertulis dalam opininya pada Harian Sinar Indonesia Baru (SIB) edisi Jumat, 5 Januari 2007 yang berjudul Tapanuli, Dari Suatu Masa Pada Suatu Ketika
3)      D. J. Gultom Raja Marpodang, sebagai salah satu sumber tertulis dalam bukunya yang berjudul Dalihan Natolu Nilai Budaya Suku Batak tentang Struktur Wilayah Pemerintahan Harajaon Batak
4)      W. M. Hutagalung, sebagai bahan pertimbangan dalam bukunya yang bejudul PUSTAHA BATAK Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak
5)      ALMANAK HKBP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar