Sabtu, 30 Januari 2010

PRESIDEN SBY PANCING KEMARAHAN RAKYAT

PEMERINTAH MINIM SENSE OF CRISIS
”Memang kurang sense of crisis-nya, tidak sensitif terhadap situasi kita. Mestinya SBY merespon,” ujar pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsudin Haris, Jumat (29/1). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai tidak sensitif dengan kondisi rakyatnya. Di saat rakyat tengah marak mengkritisi pemerintahannya, justru muncul kebijakan untuk menaikkan gaji pejabat. Syamsudin berpendapat, seharusnya dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah ada perencanaan yang matang dan audit yang jelas. Hal ini untuk menghindari munculnya kebijakan-kebijakan yang cenderung kontroversial.
PEMERINTAH SENGAJA PANCING KEMARAHAN RAKYAT
Pengamat politik Universitas Indonesia, Maswadi Rauf , mengatakan permasalahan kenaikan gaji pejabat sebaiknya tidak dilihat dari pantas atau tidaknya. Melainkan dengan didasarkan pada ekonomi kerakyatan. ”Naik gaji layak, tapi ini di tengah penderitaan rakyat. Sebagian besar rakyat kan ekonominya masih compang-camping, banyak pengangguran dan rakyat miskin,” tutur Maswadi Rauf memberi kritikan pedas pada kebijakan menaikkan gaji pejabat. ”Setelah mobil dinas, sekarang naik gaji, kelihatannya pemerintah sengaja memancing-mancing kemarahan rakyat,” ujar Maswadi Rauf kemarin.
JURANG PEMISAH
Sebenarnya, kata Direktur Pukat UGM, Zaenal Arifin Mochtar, sosok pejabat yang dibutuhkan rakyat adalah yang bisa menjadi pelayan bagi masyarakat. “Yang berpenampilan sederhana. Bukan pegawai dengan gaji tinggi dan mobil bagus. Ini memperpanjang gaya hidup mewah pejabat. Biaya hidup berlebihan difasilitasi negara,” kata Zaenal. Kenaikan gaji bagi kalangan pejabat ini, dikhawatirkan Zaenal malah bisa menimbulkan kecemburuan di kalangan pegawai biasa. “Jurang pemisah akan semakin dalam. Bawahan akan merasa dia yang bekerja di lapangan kok pejabat yang mendapatkan yang lebih besar,” terangnya.

Kamis, 28 Januari 2010

SIMALUNGUN 2011 : BASIS INDUSTRI PERTANIAN & OLEOCHEMICAL

PROYEK DIMULAI TAHUN 2011
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Simalungun, Ir Jhoni Siahaan kepada METRO SIANTAR (grup Sumut Pos) di ruang paripurna DPRD Simalungun, Kamis (28/1) kemarin. Klaster berbasis industri pertanian dan oleochemical di Sei Mangke, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun, akan dimulai 2011 mendatang.
Ir Jhoni Siahaan mengatakan, program pembangunan klaster berbasis industri pertanian merupakan jawaban atas ketertinggalan Indonesia di bidang industri hilir kelapa sawit. Sementara kenyataan, Indonesia termasuk salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar dunia. Dan Sumatera Utara, termasuk Simalungun, adalah daerah penghasil sawit terbesar di Indonesia. “Grand design-nya dibuat pemerintah pusat. Jadi masih menunggu, karena tidak mungkin melakukan pembangunan tanpa ada master plan. Ini adalah program jangka panjang, mungkin untuk 10 tahun mendatang,” kata Jhoni.
MODAL Rp. 1,2 T KERJASAMA PTPN-III DAN PEMERINTAH PUSAT
Lebih jauh dia mengatakan, pemilihan Sei Mangke sudah melalui berbagai pertimbangan. Lokasi itu mudah diakses dari sisi transportasi baik darat, laut, dan udara. Selain itu, ketersediaan bahan baku di tempat itu juga cukup menjanjikan, karena PTPN III Sei Mangke memiliki lahan yang dapat mencukupi kebutuhan industri itu nantinya. Ditanya soal pendanaan, Siahaan menjelaskan, sesuai rencana proyek itu akan menyedot anggaran sebesar Rp1,2 triliun. Dana berasal dari pemerintah pu­sat dan kemungkinan bekerja sama dengan PTPN III Sei Mangke.
SILOU KAHEAN , RAYA KAHEAN PUNYA POTENSI
Anggota DPRD Simalungun, Drs Johalim Purba mengatakan, pihaknya menyambut baik dan mendukung sepenuhnya rencana pembangunan klaster berbasis industri pertanian itu. Namun, perlu dilakukan penjajakan ke daerah-daerah lain di Simalungun yang berpotensi di bidang perkebunan kelapa Sawit. Penjajakan itu perlu untuk pertimbangan mendirikan Pabrik Kelapa Sawit mini di daerah-daerah tertentu.
“Raya Kahean dan Silou Kahean memiliki potensi kelapa sawit yang besar, namun produksi di daerah itu harus dibawa ke Tebing Tinggi atau Sergei karena tidak ada tempat pengolohan,” katanya.

Kamis, 21 Januari 2010

MARGA SILALAHI DI TOLPING DAN PANGURURAN , SAMOSIR

Sebagaimana yang terangkum dari berbagai sumber di Silalahi Nabolak, keberadaan marga Silalahi yang tinggal di Tolping dan Pangururan berasa dari : 
  1. SIRAJA TOLPING, adalah keturunan Partada anak Debangraja (Ompu Sinabang) dari Pangururan.
  2. SIBURSOK RAJA , adalah anak Debangraja dari Silalahi Nabolak yang menamai dirinya Ompu Sinabang atau kemudian bernama Ompu Lahi Sabungan, yang dimakamkan di Pangururan.
  3. SIRAJA BUNGA-BUNGA atau RAJA PARMAHAN marga SILALAHI , adalah keturunan Sondiraja dari Silalahi Nabolak
Perlu ditambahkan bahwa menurut kebiasaan atau adat di Samosir, semua marga Silalahi selalu mengakui “ Bona Ni Pasogit “ Silalahi Nabolak. Hal ini membuktikan bahwa semua marga Silalahi yang tinggal di Pangururan atau Tolping juga berasal dari Silalahi Nabolak.

KEDUDUKAN MARGA SILALAHI DI BIUS PANGURURAN
Partano Golat atau penguasa / pemilik tanah adat Bius Pangururan yang disebut Sitolu Hae Horbo adalah :
  1. Naibaho
  2. Sitanggang
  3. Simbolon
Dari marga tanah ini terbentuk Raja partali dari cabang tiap – tiap marga atau marga pendatang yang masuk bagian dalam marga Partano Golat , misalnya :
  1. Raja Partali dari Naibaho : Siahaan, Hutaparik, Sitangkaraen, Sidauruk, dan Siagian.
  2. Raja Partali dari Sitanggang : Sigalingging, Malau, dan Sinurat.
  3. Raja Partali dari Simbolon : Tamba, Nadeak, dan Silalahi.
Dari susunan diatas dapat dilihat bahwa kedudukan marga Silalahi di Bius Pangururan adalah rendah, hanya sebagai Raja Partali dari Simbolon, karena sebagai marga pendatang. 

SILALAHI RAJA ADALAH HOAX (NGAWUR)
Aksi walk-out dan pernyataan kelompok Silalahiraja sebagai utusan dari Pangururan dan Tolping dalam MUBES-2 Pomparan Raja Silahi Sabungan se-Indonesia 1968 di Silalahi Nabolak, dianggap ngawur dan mengada-ada. Dari Pangururan misalnya bersikukuh menyuarakan bahwa Ompu Lahi Sabungan adalah Raja Silahi Sabungan, padahal dalam tarombo di Silalahi Nabolak ( sebagai mana telah ditulis diatas ) bahwa Ompu Lahi Sabungan adalah SIBURSOK RAJA keturunan (anak) Debang Raja dari Silalahi Nabolak. Demikian halnya dengan Silalahi Raja Tolping adalah keturunan Silalahi dari Pangururan, keturunan ( putra ) dari Partada , putra Sibursok Raja ( Ompu Lahi Sabungan ), Putra Debangraja di Silalahi Nabolak.

SIPAYUNG DALAM TAROMBO

Sipayung Hoga, note :
Berawal dari Tarombo Raja Silahi Sabungan di Huta Silalahi Nabolak ( sekarang otonomi Kab.Dairi ) , menegaskan bahwa Raja Silahi Sabungan memiliki keturunan yang disebut “ 8 Raja Turpuk “, yaitu : Lohoraja, Tungkirraja, Sondiraja, Butarraja, Dabaribaraja, Debangraja dan Baturaja. Kemudian Tambunraja, putra Raja Silahi Sabungan dari Sinailing boru Nairasaon (Manurung) dari Sibisa atau yang dikenal dengan Raja Tambun.

Dari Tungkirraja keturunannya kemudian memakai marga Situngkir. Anak Tungkir Raja adalah Sibagasan, Sipakpahan dan Sipangkar, dengan marga Situngkir. Keturunan Sibagasan kemudian merantau ke Luat Parbaba, di Samosir. Di Parbaba , keturunan Sibagasan (marga Situngkir ) memiliki anak yaitu Sipangkar dan Sipayung, yang kemudian memakai ini sebagai marga keturunannya, yaitu marga : Sipangkar dan Sipayung.

Dari Lumban Sipayung ( asal Sipayung ) , Parbaba Samosir, keturunan Sipayung kemudian merantau keluar Samosir, ke Huta Soping, sebuah teritori Simalungun, hampir berbatasan dengan teritori Tanak Karo. Jauh sebelum datangnya kolonialisme Belanda yang memberi nama SIMALUNGUN, pada perkembangannya, keturunan Sipayung menyebar ke sekitar Huta Soping dan kemudian ke merambah ke Haranggaol, Purba, Saribudolok , Marubun (jahe-jahe), Nagasaribu dan ke Tanah Karo. Saya pernah membaca tulisan Kerajaan Purba Simalungun yang kemudian mengangkat marga Sipayung sebagai Panglima Goraha ( kepala pasukan kerajaan ) di kerajaan Purba karena kesaktiaanya. Sang Panglima kemudian dikawinkan dengan parboruon Kerajaan sehingga Sipayung menjadi Boru di Kerajaan Purba ( waktu itu belum ada istilah Simalungun, tetapi Raja Maroppat, sebutan untuk afiliasi Kerajaan Nagur, Kerajaan Raya, Kerajaan Purba dan Kerajaan Batagoiu / Tanoh Djaua – yang kemudian oleh kolonial Belanda dilebur menjadi SIMALUNGUN). Dari kisah ini kemudian kehadiran marga Sipayung di Kerajaan Purba diakui dan dianggap sebagai bagian dari Kerjaaan jauh sebelum terbentuknya teritori kolonial (residen) Simalungun.

Sipayung di Dolog Silou / Silou Kahean / Serdang
Kisah lain dari Simalungun Kahean ke jahe-jahe, dari Marubun , Bangun purba, Dolok Morawa, Nagoridolok, Deli Serdang-Bedagai, marga Sipayung kemudian mengikat perjanjian (padan) dengan marga Sinaga , agar Sipayung dapat tinggal disana. Di Simalungun pada jaman itu tidak boleh ditinggali oleh orang-orang asing (marga dari suku-suku lain). Dalam perjanjian sumpah (padan) antara marga Sinaga dan Sipayung merupakan satu kesatuan dan diharamkan untuk saling kawin-mengawini ( sampai sekarang ini, perjanjian ini masih berlaku dibeberapa daerah di Simalungun Kahean yang berbatasan dengan Serdang). Dengan demikian , sejak kesepakan perjanjian itu, keberadaan marga Sipayung di Simalungun tidak dipermasalahkan lagi oleh marga-marga asli di Simalungun. Bahkan dikemudian hari, disinyalir , keturunan Silahi Sabungan yang merantau ke Simalungun (seperti Sihaloho, Silalahi, Sigiro , dll) kemudian memakai marga Sipayung.

Sipayung di Raya
Keturunan marga Sipayung telah diterima Simalungun. Bahkan di daerah Raya Kahean, didapati sebuah perkampungan yang disebut Huta Payung, dimana kampung tersebut hanya dihuni (mayoritas) marga Sipayung. Meski secara tarikh tidak ada fakta yang jelas sejak kapan keberadaan marga Sipayung bermukim disana, yang jelas marga Sipayung sejak lama sudah eksis di Simalungun. Itu sebabnya, marga Sipayung saat ini juga masih banyak didapati sebagai tetua-tetua (sesepuh) kampung ataupun adat di Simalungun. Sayangnya, para keturunan Sipayung di Simalungun tidak berhubungan lagi dengan kerabatnya di Parbaba , Samosir atau juga Huta Soping, sehingga antara Sipayung di Samosir dan Simalungun tidak ada kontak lagi. Otomatis, perjanjian Sipayung di Simalungun tidak serta merta diketahui / diikuti oleh Sipayung yang telah turun-temurun hidup di Simalungun. Sipayung telah menyebar ke seluruh wilayah Simalungun , bahkan lebih dekat lagi sebagai bagian dari Simalungun.

Pra-revolusi sosial Sumatera Timur - 1946
Pada masa kolonialisme Belanda, jalan darat antara Balige-Pematang Siantar pun dibuka. Belanda membangun Simalungun sebagai sentra pertanian modern. Eksodusan marga-marga dari Toba Holbung dan Karo di Simalungun yang sebelumnya hanya untuk bekerja (kuli kolonial), namun akhirnya mengakibatkan pengambilalihan tanah-tanah rakyat Simalungun oleh para pendatang dan hal ini sudah dianggap sangat membahayakan masyarakat Simalungun waktu itu. Maka raja Maropat di Simalungun ( yaitu Raja : Raya, Siantar, Tanohjawa dan Purba ) mengadakan Harungguan (rapat besar empat raja) yang kemudian mengeluarkan ultimatum : “ haya ada empat marga yang boleh memiliki tanah-tanah di Simalungun, sedangkan marga-marga lain ( selain : Damanik, Purba, Saragih, Sinaga ) hanya sebagai pemakai atau pengusaha dan harus tunduk dengat aturan-aturan kerajaan Simalungun. Kondisi ini sempat mengakibatkan situasi yang mencekam di Simalungun , karena banyak terjadi pengusiran bahkan pembunuhan suku-suku pendatang di Simalungun.

Kondisi ini sangat berbeda dengan marga pendatang seperti Sipayung, karena marga Sipayung jauh sebelumnnya telah diterima dan memiliki perjanjian (padan) dengan marga Sinaga. Alhasil, konon banyak marga-marga keturunan Silahi Sabungan , seperti marga : Sihaloho, Situngkir, Silalahi dan lain-lain , kemudian mengakuisisi Sipayung dengan mengganti marga mereka menjadi Sipayung. Itu sebabnya kemudian di Simalungun ada suatu kebiasaan , jika seseorang bertanya ; “ Sipayung apa ?” , kemudian dijawab : “ Sipayung Silalahi, Sipayung Sihaloho, Sipayung Sinurat , dan sebagainya”.

Pasca Revolusi Sosial di Sumatera Timur -1946
Para Penguasa di Simalungun (Raja, Tuan) dan kerajaan-kerajaan di Simalungun dibumi hanguskan oleh para pemberontak (revolusioner) pro-kemerdekaan yang menuntut sistem kerajaan (feodalisme) dihapuskan di Sumatera Timur dan segera menjadikan sistem pemerintahan Negara Sumatera Timur. Hanya dalam waktu semalam, kebiadaban itu terjadi. Beberapa kerajaan dan keluarga kerjaaan , keluarga Raja dan Tuan-tuan di Simalungun lenyap diculik dan dibunuh. Pasca revolusi sosial, kemudian marga-marga pendatang yang sempat berafiliasi dengan marga-marga Simalungun kemudian memisahkan diri lagi dan kembali kepada klan marga-marga aslinya. Demikian halnya dengan marga-marga Sihaloho, Situngkir, Sinurat. Namun tidak sedikit pula yang tetap mempertahankan marga Sipayung sebagai marga keturunannya dan sampai sekarang ini keberadaan Sipayung di Simalungun sudah tidak ada bedanya sebagaimana keberadaan marga Damanik, Purba, Saragih dan Sinaga di Simalungun. Oleh karena itu , bukan hal yang aneh jika saat ini ada marga Sipayung yang menyebutkan bahwa mereka adalah Sipayung Sihaloho, Sinurat, Situngkir, Silalahi atau sebagainya, Karena kelamnya masa lalu tersebut, sehingga marga-marga ini harus menggati marga mereka. Meski pada dasarnya mereka adalah satu keturunan , dari Silahi Sabungan. Meski sangat disayangkan , belakangan diberbagai tempat seringkali terjadi pelecehan atau cemoohan yang mengatakan Sipayung yang berasal Simalungun sebagai "dalle" atau yang tidak mengerti asal-usul. Tetapi ini adalah tantangan untuk kita marga Sipayung yang berasal dari Simalungun saat ini.

Sipayung : Pomparan Raja Silahi Sabungan
Hanya saat ini , masih banyak marga-marga Sipayung di Simalungun tidak begitu jelas mengetahui akan kisah ini sehingga belakangan ini keturunan Sipayung - bin Situngkir - kemudian enggan menerima keberadaan mereka di parsadaan Pomparan Ompu Raja Silahi Sabungan karena memang mereka telah dilahirkan oleh Simalungun dan menjadi bagian dari darah-daging Simalungun. Umumnya orang Simalungun tidak mengakui bahwa Sipayung sebagai marga Simalungun, hanya di-Simalungun-kan. Jadi tidak akan adan kampung/tanah ulayat keturunan marga Sipayung di Simalungun, tetapi di Silalahi Nabolak via Situngkir. Horas, Diateitupa, Mauliate.

SILAHI SABUNGAN , RAJA SILALAHI NABOLAK - DAIRI



SILAHI SABUNGAN , salah seorang putra Sorbani Banua lahir dan besar Lumban Gorat Balige (Toba) dan tinggal Silalahi Nabolak (Dairi) sampai pada akhir hayatnya. Meski ia menetap di Dairi, Silahi Sabungan adalah keturunan Toba, seperti Sibagot nipohan, kakaknya. Silahi Sabungan terkenal seorang “Datu Bolon“ dan termansyur. Setelah mengadakan Horja Bius di Silalahi Nabolak, untuk menetapkan tanah kepunyaannya kepada 8 keturunanya dan Silahi Sabungan sebagai Raja Bius. Silahi Sabungan kemudian panggil dengan Raja Silahi Sabungan.

Silahi Sabungan memiliki keturunan yang banyak dan sebagai Raja (Kepala Kaum) ia telah menetapkan tanah miliknya untuk semua keturunannya.

HORJA BIUS SILALAHI NABOLAK
Horja Bius adalah perhelatan sosial tertinggi dalam kultur suku Toba. Horja Bius hanya dilakukan oleh orang yang memiliki martabat Status sosial, kapasitas dan intregitas. Horja Bius Silalahi Nabolak menggambarkan posisi Raja Silahi Sabungan di Silalahi Nabolak, sebagai sipungka huta sekaligus penguasa wilayah Silalahi Nabolak. Meski dalam masa kolonialis Belanda mewariskan admistratif bahwa Silalahi Nabolak masuk dalam teritori Dairi ( sekarang menjadi Kec. Silahi Sabungan, Kab. Dairi ), bukan berarti bahwa Raja Silahi Sabungan sebagai orang Pakpak Dairi atau bukan orang yang berasal dari Suku Toba. Sebagaimana kakak-adik sekandungnya, Sibagotni pohan, Siraja Oloan, Sipaittua, yang terlahir dan besar di Toba, Balige.
Sebagai Raja Bius yang bermartabat , Raja Silahi Sabungan telah mewariskan kultur budaya dan tanah-air bagi keturunanya. Sehingga keturunannya memiliki martabat, garis keturunan dan negeri asal yang jelas. Hal ini adalah kebiasaan yang dilakukan marga-marga lain suku Toba.

MUAL SIPAULAK HOSA (TURI-TURIAN)
Salah satu dari turi-turian itu adalah Kisah terjadinya sumber air (pancuran) Mual Sipaulak Hosa di lereng bukit Silalahi Nabolak (Dairi). Pada suatu hari Silahi Sabungan pergi bersama istrinya, Pinggan Matio boru Padang Batangari, ke mertuanya di huta (kampung) Balla, Pakpak.. Sewaktu melewati lereng bukit, isterinya yang sudah hamil tua mulai merasa dahaga. Rasa penat mulai terasa, sehingga mereka harus melepas lelah dilereng bukit. Dengan menahan rasa haus dan lelah, Pinggan Matio bersenandung lirih : “ Loja ma boruadi mamboan tua sian mulajadi, mauas ma tolonan ndang adong mangubati. Jonok do berengon sillumalan na so dundungonki. Boha do parsahatku tu huta ni damang parsinuan, dainang pangintubu i.”

Mendengar senandung istrinya, Silahi Sabungan lalu mengambil Siorlombing (tombak), lalu berdoa kepada Mulajadi Nabolon agar diberikan air. Kemudian Silahi Sabungan menancapkan Siorlombing (tombak) ke dinding batu tebing dan air menyembur dengan deras. Pinggan Matio lalu diminum sepuas-puasnya. Sampai saat ini, air itu dinamai ”Mual Sipaulak hosa” yang terdapat dilereng bukit Silalahi Nabolak.

Raja Silahi Sabungan memiliki 2 istri dan 8 putra dan 1 putri. Namun putrinya, bernama Deang Namora, konon mati muda dan tidak sempat memiliki keturunan. Sementara putra-putra Silahi Sabungan juga dikenal dengan sebutan 8 Raja Turpuk. Cikal bakal keseluruhan marga-marga keturunan Raja Silahi Sabungan menginduk kepada 8 Raja Turpuk ini, berikut ini urutannya :

1] LOHO RAJA (KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SIHALOHO)
Melihat kondisi kehamilan Pingganmatio, Raja Parultep (ayah Pinggan Matio) lalu menyarankan supaya putrinya tinggal di Balla sampai kelahiran anaknya.Tiba waktunya melahirkan, Pinggan Matio melahirkan seorang anak Laki – laki. Silahi Sabungan merasa gembira dan bersyukur karena dia sudah menjadi seorang ayah. Begitu juga Raja Parultep merasa berbahagia karena kelahiran cucu dari putrinya Pinggan Matio. Raja Parultep mengundang raja-raja kampung dan penduduk Balla untuk merayakan kelahiran cucunya. Kemudian Raja Parultep memberi nama cucunya si Loho, artinya lega. Kemudian dikenal dengan Loho Raja. Di Silalahi Nabolak, keturunannya kemudian memakai marga Sihaloho atau Haloho.

2] TUNGKIR RAJA (KETURUNANYA MEMAKAI MARGA SITUNGKIR, SIPANGKAR DAN SIPAYUNG )
Suatu ketika, Raja Parultep merasa kangen dengan putri dan cucunya. Raja Parultep kemudian pergi ke kampung Lahi (sekarang menjadi Silalahi Nabolak) untuk melihat (tungkir=tingkir). Setibanya disana, tiba waktunya Pinggan Matio melahirkan putranya yang ke dua. Raja Parultep kemudian memberinya nama Tungkir Raja. Di Silalahi Nabolak, keturunan Tungkir Raja kemudian memekai marga Situngkir. Namun keturunan Situngkir di Parbaba Samosir kemudian menurunkan marga keturunannya , yaitu marga Sipangkar dan Sipayung. Keturunan Sipayung yang merantau ke Simalungun tetap memakai marga Sipayung sebagai marga. Tetapi berbeda di Tanah Karo, konon keturunan Sipangkar dan Sipayung kemudian berafiliasi dengan merga Sembiring, yaitu Sembiring Sinupangkar dan Sinupayung. Tetapi kemudian ada juga keturunan Silalahi dan Sihaloho yang kemudian menjadi Sembiring Sinulaki dan Keloko, Depari, dll.

3] SONDI RAJA (KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA RUMA SONDI, RUMASINGAP, SILALAHI, SIHALOHO, SINABUTAR, SINABANG, SINAGIRO, NAIBORHU, NADAPDAP, SINURAT, DOLOK SARIBU )
Pada suatu ketika Silahi Sabungan sedang membuat tempat tidur dari kayu bulat (sondi). Tiba waktunya Pinggan Matio melahirkan putranya yang ke tiga. Silahi Sabungan kemudian memberinya nama Sondi Raja. Dari keturunan Sondi Raja terlahir marga Rumasondi dan Rumasingap. Dari keturunan Rumasondi adalah Bolon Raja dan Raja Parmahan alias Raja Bunga-bunga. Dari keturunanan Raja Parmahan yang kemudian menurunkan marga Silalahi di Hinalang Silalahi , Balige. Dari Keturunan Silalahi kemudian menurunkan marga : Sihaloho, Sinagiro, Sinabang, Sinabutar, Naiborhu, Sinurat, Nadapdap dan Dolok Saribu ( link: Punguan Sinurat ). Umumnya, ada juga yang kemudian diantara mereka memakai marga Silalahi.

4] BUTAR RAJA ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SIDABUTAR )
Kemudian Pinggan Matio melahirkan anak kelima, seorang anak laki – laki. Pada waktu kelahiran anak kelima ini, raja Silahisabungan baru mengganti atap rumah yang terbuat dari kayu butar. Oleh karena itu mereka membuat nama anak kelima ini Butar Raja. Dari keturunanan Butar Raja ialah Rima Bolon, Ruma Biak dan Ruma Tungkup. Namun diantara keturunannya sekarang ini juga ada yang memamakai marga Sidabutar atau bahkan memakai Silalahi.

5] BARIBA RAJA ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SIDABARIBA)
Pada waktu kelahiran anak keenam, Raja Silahi Sabungan sedang berada di Parbaba Samosir untuk mencari tanah kosong menjadi milik keturunannya kelak. Tanah itu kemudian disebut “ Luat Parbaba.” Setelah Raja Silahi Sabungan kembali dari seberang (bariba) dijumpainya telah lahir seorang anak laki-laki. Karena ia baru tiba dari Bariba (seberang) maka diberilah nama anak itu Bariba Raja. Keturunanan Sidabariba atau Sinabariba adalah Lumban Toruan, Lumban Tonga-tonga dan Lumban Raja. Saat ini, keturunan Bariba Raja memakai marga Sidabariba, dan bahakan ada juga yang memakai marga Silalahi.

6] DEBANG RAJA ( KETURUNANYA MEMAKAI MARGA SIDEBANG )
Kelahiran anak Raja Silahisabungan yang ketujuh ditandai dengan terjadinya peristiwa alam. Pada saat Pinggan Matio melahirkan, turun hujan lebat sehingga terjadi tenah longsor ( tano bongbong ) di Silalahi Nabolak. Karena Tano Bongbong ( Tanah Longsor ) itu mengejutkan Raja Silahi Sabungan dan Pinggan Matio, maka mereka membuat nama anak laki – laki yang baru lahir itu Debong Raja = Debang Raja. Keturunannya ialah Siari, Sitaon, Sisidung yang memakai marga Sidebang, saat ini banyak juga diantaranya yang memakai marga Silalahi.

7] BATU RAJA (KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA PINTUBATU, SIGIRO DAN SILALAHI )
Putra Raja Silahisabungan yang ke-7 bernama Batu Raja atau Pintu Batu. Pada waktu kelahiran anak bungsu Pinggan Matio ini, Raja Silahi Sabungan sedang bersemedi di Gua batu di lereng bukit Silalahi. Saat melahirkan itu, Pinggan Matio merasa lelah karena faktor usia, sehingga mengerang minta bantuan. Loho Raja yang melihat ibunya mengerang pergi mamanggil Raja Silahi Sabungan. Raja Silahi Sabungan buat obat salusu ( obat penambah tenaga ), Boru Pinggan Matio melahirkan seorang anak laki – laki. Karena Silahi Sabungan dipanggil dari Gua Batu maka diberilah nama anak itu Batu Raja atau Pintu Batu. Dengan kelahiran Batu Raja maka anak Raja Silahi Sabungan dari Pinggan Matio boru Padang Batanghari berjumlah delapan orang, tujuh orang anak laki-laki dan seorang puteri. Keturunan Batu Raja (Pintu Batu) ialah Lumban Pea, Huta Balian dan Sigiro. Umumnya mereka memakai marga Pintu Batu atau Sigiro dan bahkan memakai marga Silalahi.

8] TAMBUN RAJA ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA TAMBUN DAN TAMBUNAN )
Konon turu-turiannya, Raja Silahi Sabungan tengah melanglangbuana ke negeri Sibisa, negeri Raja Magarerak ( yang turunannya kemudian memakai marga MANURUNG, SITORUS, BUTAR-BUTAR, PANJAITAN ). Raja Mangarerak tengah gundah kerena putri tersayangnya tengah mengalami sakit teluh yang sedemikian parah. Ketika Raja Silahi Sabungan datang, ia kemudian diminta mengobati Sang Putri Raja Mangarerak. Raja Silahi Sabungan bersedia dengan satu syarat, jika kelak sembuh maka raja Silahi Sabungan akan mengawininya sebagai istri. Tanpa pikir panjang, Raja Mangarerak menyetujuinya. Raja Silahi Sabungan ternyata berhasil menyembuhkan Sang Putri, sesuai kesepakatan maka Raja Silahi Sabungan kemudian memperistri Sang Putri, meski sebenarnya telah terpaut usia yang cukup jauh.

Konon juga, Sang Putri memanggil Raja Silai Sabungan dengan sebutan Amangboru, hal ini dikarenakan kessenjangan usia tersebut. Ketika Sang Putri tengah mengandung, prahara terjadi dan Raja Mangarerak meminta supaya Raja Silahi Sabungan segera meninggalkan negeri Sibisa. Dengan berat hati, Raja Silahi Sabungan menyepakati namun menunggu sampai Sang Putri melahirkan. Setelah melahirkan, Raja Silahi Sabungan kemudian memboyong sang bayi dan pergi meninggalkan Sibisa, kembali ke Silalahi Nabolak.

Di Silalahi Nabolak, sang anak kemudian diberi nama Tambun Raja. Saat menjelang dewasa, Tambun Raja kemudian kembali menemui Ibu yang melahirkannya di Sibisa. Dengan tujuan dan niat baik, Raja Silahi Sabungan kemudian membuat ikatan (padan) antara Tambun Raja dan 7 anak-anak Silahi Sabungan lainnya yang dikenal dengan PODA SAGU MARLANGAN. Tujuan Raja Silahi Sabungan inginkan supaya kelak diantara keturunan mereka supaya saling mengetahui bahwa mereka adalah sedarah, supaya kelak mereka saling menghormati dan tidak bisa untuk saling mengawini, sebagai mana kultur sosial suku Toba umumnya.

TAMBUN RAJA ADALAH  RAJA TAMBUN
Di Sibisa , Tamburaja kemudian menikahi putri Raja Manurung. Tambunraja kemudian diberikan lahan untuk berdiam di Sibisa, sebagai Raja Boru di Bius Sibisa. Lain padang , lain belalang. Tambunraja kemudian dikenal dengan sebutan Raja Tambun, sebagai mana kebiasaan di Sibisa ( Toba Holbung ). Bahkan keturunannya , Tambun dan Tambunan juga mengenalnya dengan sebutan Raja Tambun. Namun di Silalahi Nabolak, kakak-kakakya tetap memperthanakan sebutan Tambunraja, sama seperti Raja Tupuk lainnya. Antara sebutan Tamburaja atau Raja Tambun adalah person yang sama. Ini sangat penting bagi kita keturunan Raja Silahi Sabungan, terutama keturunan Tambun Raja atau Raja Tambun, yaitu marga Tambun dan Tambunan. Hanya memang, dampak dari keterpisahan ini, sejak Tambunraja menetap di sibisa, hubungan mereka antara Tambunraja alias Raja Tambun seolah terputus dengan kakak-kakanya di Silalahi Nabolak. Keturunan Raja Tambun di Sibisa tidak terlalu mengenal keturunanan raja Silahi sabungan lainnya dari Silalahi Nabolak, begitu juga sebaliknya. Beruntung dengan adanya Poda Sagu-sagu Marlangan, yang mengukuhkan kekerabatan darah 8 Raja Turpuk, antara Silalahi Nabolak dan Sibisa.


Horas.

Rabu, 13 Januari 2010

DR JR SARAGIH,SH.MM - MAJU DALAM PILKADA SIMALUNGUN 2010


CUKUP DUKUNGAN, DR. JR SARAGIH,SH.MM, PILIH JALUR INDEPENDEN MAJU DALAM PILKADA SIMALUNGUN 2010.
DR JR Saragih SH MM, putra Simalungun (100%) ini telah memantapkan niatnya untuk maju sebagai calon Bupati Simalungun periode 2010 -2015. Dilatarbelakangi keinginan untuk membawa perubahan dan kesejahteraan serta terpenuhinya rasa keadilan bagi masyarakat Simalungun, DR JR Saragih SH MM , pengusaha yang sukses di bidang kesehatan dan pendidikan itu, akan maju lewat jalur independen.
DIDUKUNG MASYARAKAT, JR SARAGIH PILIH JALUR INDEPENDEN
Saat menyambangi Kantor Pusat Gereja Kristen Protestan Simalungun di Jalan Pdt Wismar Saragih, Pematangsiantar Jumat (8/1), untuk meminta doa restu serta dukungan. DR JR Saragih SH MM mengaku sengaja memilih “Jalur Independen” karena merupakan dukungan nyata dan ini tidak akan ia sia-siakan. DR JR Saragih SH MM dan rombongan disambut hangat Ephorus GKPS, Pdt Belman Purba Dasuha, Sekjen Pdt M Rumanja Purba, Pdt Donal Girsang. Turut mendampingi antara lain, mantan Sekdakab Sariaman Saragih, Edi Harlen Saragih, Djapaten Purba, TD Purba Sidadolog , Pardi Purba serta Praeses Pdt Abdi Damanik.
JIKA GAGAL, JR SARAGIH BERSEDIA MUNDUR SEBAGAI BUPATI
Dukungan masyarakat sudah cukup mengantarkannya untuk berkompetisi dengan kandidat lain pada Pilkada yang akan berlangsung sekitar Agustus 2010 mendatang. “Jika saya terpilih dan dalam kurun 2,5 tahun selama kepemimpinan sebagai Bupati Simalungun tidak mampu membawa perubahan, maka saya siap mengundurkan diri. Ini perlu saya sampaikan bahwa menjadi Bupati bukan sekedar mengejar jabatan dan materi tetapi dengan satu niat membangun bumi Habonaron do bona Kabupaten Simalungun yang adil, sejahtera dan bermartabat,” ujar JR Saragih, tokoh yang juga Ketua Partuha Maujana Simalngun se-DKI Jakarta dan mantan Perwira di Polisi Militer itu.
MISI DR,JR SARAGIH SEBAGAI BUPATI SIMALUGUN
Hal prioritas yang harus dilakukan adalah perbaikan di sektor insfrastruktur, yakni sarana jalan dan irigasi, yang saat ini sangat memprihatinkan. Kabupaten Simalungun sebagai daerah pertanian harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai sehingga kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian akan menguat.Prioritas lain adalah sektor pendidikan dan kesehatan yang terjangkau. Kedua sektor ini penting demi untuk mencetak SDM handal membangun daerah SIMALUNGUN NA MAJENGES. " Viva DR.JR Saragih, SH.MM."

Selasa, 12 Januari 2010

T.ZULKARNAIN DAMANIK RESMI MAJU DALAM PILKADA SIMALUNGUN2010

Sejumlah tokoh dan pengurus organisasi kemasyarakatan di Simalungun mendaftarkan Zulkarnain Damanik sebagai bakal calon (balon) Bupati Simalungun periode 2010-2015 ke DPC PDI Perjuangan di Jalan Sangnawaluh Pematang Siantar, Jumat (12/12 ).

BERKAS T.ZULKARNAIN DAMANIK DITERIMA KATUA DPC PDIP SIMALUNGUN DAN DIAJUKAN KE DPD DAN DPP PDIP
Kedatangan rombongan dipimpin Khalik Khan dan didampingi H Uyung Sudrajat, Rifai Damanik, Eko Sulistyowati, dan Edi Juniharto. Unsur pimpinan partai seperti Ketua DPC, Ojak Naibaho, serta sejumlah pengurus partai, dan Wakil Ketua DPD PDIP Sumatera Utara, Japorman Saragih, menerima kedatangan delegasi.Sebelum menyerahkan berkas pencalonan, Khalik Khan berharap PDI Perjuangan mengusung Zulkarnain kembali sebagai calon Bupati Simalungun untuk kedua kalinya.Sebab Zulkarnain dipandang memiliki kemampuan dalam memimpin dan memajukan berbagai sektor pembangunan di Kabupaten Simalungun.Ojak Naibaho mengatakan PDI Perjuangan akan mengajukan nama Zulkarnain Damanik ke pengurus propinsi untuk diteruskan ke DPP PDIP yang berhak menetapkan calon Bupati dan Wakil Bupati Simalungun periode 2010-2015.

T.ZULKARNAIN DIDUKUNG ORMAS - LSM
Beberapa Ormas Islam dan organisasi kemasyarakatan seperi MUI, NU, Muhammadyah, BKPRMI, UPAS, Pujakesuma, LSM dan yang lainnya, dengan tegas memberikan dukungan kepada Bupati Simalungun Drs Zulkarnain Damanik MM agar tetap maju membangun Simalungun.


T.ZULKARNAIN SAMBANGI DPP DEMOKRAT - HADI UTOMO
Sumber di DPP Partai Demokrat menyebutkan, Zulkarnain Damanik beberapa waktu lalu mendatangi kantor DPP PD di Jalan Pemuda Jakarta guna memenuhi undangan Ketua Umum PD Hadi Utomo. “Ya, Zulkarnain Damanik bertemu Ketua Umum membahas Pilkada Simalungun. Zulkarnain datang sendirian,”ujar sumber. Drs Zulkarnain Damanik tidak membantah telah terjadi pertemuan dirinya dengan Ketua Umum PD Hadi Utomo.
Ketua DPP Partai Demokrat Johny Allen Marbun mengatakan : "Hingga kini Partai Demokrat belum memutuskan calon atau pasangan calon yang akan diusung dalam Pilkada Kabupaten Simalungun. " Namun demikian Johny Allen mengakui Zulkarnain Damanik masuk dan berpeluang untuk dicalonkan Partai Demokrat.

JOHN HUGO SILALAHI : PESAING KETAT
Artinya, Zulkarnain Damanik akan bersaing ketat dengan John Hugo Silalahi untuk memperebutkan dukungan Partai Demokrat, bertarung dalam Pilkada yang akan digelar 26 Agustus 2010. Jhon Hugo Silalahi, Ketua DPD Partai Demokrat Simalungun, merupakan mantan Bupati Simalungun periode 1999-2004.

FAKTA KEBERADAAN MARGA SILALAHI DI SAMOSIR

Keberadaan marga Silalahi yang tinggal di Tolping dan Pangururan sebagai yang terdapat dalam turi-turian Raja Silahi Sabungan di Silalahi Nabolak adalah :

SIRAJA TOLPING , adalah keturunan Toguraja Sihaloho atau keturunan Partada anak Debangraja (Ompu Sinabang).
SIBURSOK RAJA , adalah anak Debangraja dari Silalahi Nabolak yang memilih namanya Ompu Sinabang atau kemudian bernama Ompu Lahisabungan, yang dimakamkan di Pangururan.
SIRAJA BUNGA-BUNGA , adalah keturunan Sondiraja dari Silalahi Nabolak

Perlu ditambahkan bahwa menurut kebiasaan atau adat di Samosir, semua marga Silalahi selalu mengakui “ Bona Ni Pasogit “ Silalahi Nabolak. Hal ini membuktikan bahwa semua marga Silalahi yang tinggal di Pangururan atau Tolping juga berasal dari Silalahi Nabolak.

KEDUDUKAN MARGA SILALAHI DI BIUS PANGURURAN

Kedudukan marga Silalahi di Bius Pangururan adalah rendah, karena termasuk marga pendatang. Partano Golat atau penguasa / pemilik tanah adat ( Bius ) Pangururan yang disebut Sitolu Hae Horbo adalah :

  • Marga Naibaho
  • Marga Sitanggang
  • Marga Simbolon

Dari marga tanah ini terbentuk Raja partali dari cabang tiap – tiap marga atau marga pendatang yang masuk bagian dalam marga Partano Golat , misalnya :

  1. Dari marga Naibaho, dibentuk Raja Partali Naibaho : Siahaan, Hutaparik, Sitangkaraen, Sidauruk, dan Siagian.
  2. Dari Marga Sitanggang, dibentuk Raja Partali : Sitanggang, Sigalingging, Malau, dan Sinurat.
  3. Dari Marga Simbolon, dibentuk Raja Partali Simbolon : Tamba, Nadeak, dan Silalahi.

Hubungan kekerabatan marga Silalahi dengan marga Simbolon tingkatanya adalah rendah karena marga Silalahi adalah Boru Natua-tua dari Simboluntua saja, artinya tidak semua marga Simbolon memiliki hubungan margelleng (marboru) kepada marga Silalahi di Bius Pangururan.

KEDUDUKAN MARGA SIHALOHO DI BIUS TOLPING
Kampung (huta) bius Tolping adalah:

  1. Lumban Sihaloho
  2. Lumban Sigiro
  3. Lumban Parnomangan
  4. Lumban Sidabutar
  5. Lumban Silalahi
  6. Lumban Dolok
  7. Lumban Barat
  8. Lumban Rihit
  9. Lumban Siallagan
  10. Lumban Siadang Aek
  11. Lumban Parhorasan
  12. Lumban Sinaborno
  13. Lumban Tonga–tonga
  14. Lumban Tinggi
  15. Huta Tolping-tolping
  16. Huta Siarsam Sada
  17. Huta Siarsam Dua
  18. Huta Siarsam Tolu
  19. Lumban Batu
  20. Sosor Galung

Aksi walk-out dan pernyataan kelompok Silalahi Raja sebagai utusan dari Pangururan dan Tolping dalam MUBES-2 Pomparan Raja Silahi Sabungan se-Indonesia 1968 di Silalahi Nabolak, dianggap ngawur dan mengada-ada. Dari Pangururan misalnya bersikukuh menyuarakan bahwa Ompu Lahi Sabungan adalah Raja Silahi Sabungan, padahal dalam tarombo di Silalahi Nabolak ( sebagai mana telah ditulis diatas ) bahwa Ompu Lahi Sabungan adalah SIBURSOK RAJA keturunan (anak) Debang Raja dari Silalahi Nabolak.

DR.SUTAN RAJA DL.SITORUS MENGHIRUP UDARA BEBAS

Keluarga DR Sutan Raja DL Sitorus menyampaikan ucapan terimkasih kepada sambutan luarbiasa masyarakat Tobasa dan jajaran Punguan Pomparan Raja Nairasaon (PPRN) serta hula-hula yang telah memberikn “upa-upa” kepada mereka di Rumah Parsaktian Parsambilan, Silaen, Toba Samosir [9/1/2010], dalam sebuah upacara “Upa-upa” setelah DL Sitorus dinyatakan bebas [31/12/2009].
BUPATI TOBA SAMOSIR, “JANGAN SAKITI HATI RAKYAT “

"Sungguh tidak terlukiskan, betapa besarnya kuasa Tuhan Yang Maha Esa yang menggerakkan hati dan perasaan dari Bapak/ibu sekalian yang rela membuang waktu yang sekedar kagen kepada saya. Dari hati terdalam saya, tidak menduga dan tidak menyangka, bapak/ibu benar-benar menerima saya selaku putra Tobasa,” ungkap DR Sutan Raja DL Sitorus.
DL Sitorus meminta kepada Bupati Toba Samosir, Drs Monang Sitorus SH MBA , untuk bisa menyesaikan kewajiban-kewajibanya kepada masyarakat menjadi sebagai Bupati. “Jangan pernah jauh dari rakyat, jangan sakiti hati rakyat. Pintar-pintar mendekatkan diri kepada rakyat. Karena kalau sudah disayangi dan dicintai masyarakat, sudah pasti akan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar Tugas dan seluruh tanggungjawab kita kepada masyarakat akan senantiasa dilindungi yang maha kuasa,“ tutur DL Sitorus.
PILKADA TOBASA 2010 YAD : DL SITORUS NETRAL

Pada penyampaian “hata pangampuion” ( ucapan terimakasih-red) dari Keluarga, DR Sutan Raja DL Sitorus yang didampingi istrinya Boru Siagian serta kedua putranya, Sabar Ganda Sitorus dan Sihar Sitorus, DL mengatakan pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah yang akan di langsungkan di Kabupaten Toba Samosir 2010 mendatang, dirinya menngambil sikap netral. "Ada 3 dari Pomparan Raja Nairasaon akan maju menjadi calon “panggomgomi” di Toba Samosir ini maka saya netral dan saya sampaikan agar kepada semua bakal calon untuk bersaing dengan baik", ujar DL Sitorus.

Senin, 11 Januari 2010

Malaysia : 8 Gereja dirusak dan dibakar

Aksi pengrusakan terhadap gereja kembali terulang di Malaysia.
Pintu masuk gereja Sidang Injil Borneo di Seremban 2 sebagian terbakar akibat percobaan pembakaran yang terjadi hari ini (11/1/2010). Pejabat Negri Sembilan, Datuk Abd Manan Mohd Hassan seperti dilansir harian Malaysia, The Star, Senin (11/1) : "Ini merupakan gereja kedelapan yang mengalami aksi pengrusakan dalam tiga hari terakhir"
Dalam aksi penyerangan di Miri, yang pertama di Malaysia Timur, kaca-kaca jendela gereja Good Shepherd hancur akibat dilempari batu oleh sekelompok orang. Sebelumnya, pada Sabtu, 9 Januari lalu, di Taiping, bom-bom molotov dilemparkan ke gereja All Saints Church dan Gereja Katolik St Louis. Namun kedua gereja itu tidak mengalami kerusakan berarti. Di Malaka, cat hitam dilemparkan ke dinding luar Gereka Baptis di Durian Daun. Pada Jumat, 8 Januari lalu, gereja Metro Tabernacle Church rusak parah akibat serangan pembakaran. Tiga gereja lainnya mengalami percobaan pembakaran namun hanya mengalami sedikit kerusakan.
Serangan terhadap gereja-gereja tersebut terjadi sebagai protes atas putusan Pengadilan Tinggi Kuala Lumpur yang menolak larangan bagi warga nonmuslim menggunakan kata “Allah” dalam literatur mereka. Larangan tersebut telah berlangsung selama 3 tahun. Menteri Dalam Negeri Malaysia, Datuk Seri Hishammuddin Tun Hussein, meminta kepada masyarakat Malaysia untuk tidak terpengaruh oleh berita di internet atau pesan teks yang berkaitan dengan kasus pembakaran gereja di negara itu.“Situasi berada di bawah kontrol dan orang-orang tidak perlu khawatir. Saya ingin mengingatkan masyarakat untuk tidak dipengaruhi oleh laporan di internet atau pesan teks,” ujar Datuk Seri Hishammuddin lewat situs berita http://www.bernama.com/.
Datuk Seri Hishammuddin Tun Hussein mengatakan : “Saya, sebagai menteri dalam negeri dan wakil presiden UMNO, ingin mengingatkan orang-orang yang menyebut UMNO dan pemerintah untuk tidak mencari masalah dan bermain dengan api. Tuduhan bahwa UMNO berada di balik semua ini adalah kebohongan besar,” pungkasnya.
Aksi kelompok ini sebenarnya sebagai reaksi atas putusan Pengadilan Tinggi (PT) Malaysia pada 31 Desember 2009 yang mengizinkan Kristen dan bukan Islam memakai kata ”Allah” untuk merujuk kepada Allah (God). Pengadilan menetapkan kata ”Allah” bukan monopoli Islam karena sudah muncul sebelum Islam lahir dan bahkan sudah lebih dulu digunakan Kristen di Timur Tengah.
Gerakan Pemuda Muslim Abim bersikukuh kata ”Allah” hanya boleh digunakan Islam. Jika agama lain, termasuk Kristen menggunakan kata itu, sama artinya menghasut pemeluk Islam untuk meninggalkan agamanya.
Keputusan PT Malaysia tersebut sekaligus membatalkan larangan pemerintah kepada umat Kristen untuk menggunakan kata ”Allah” menyusul unjuk rasa tahun lalu setelah adanya publikasi kata ”Allah” dalam majalah Katolik, The Herald, edisi Melayu. Pemerintah berpendapat, kata ”Allah” membingungkan dan menyesatkan umat Islam. Atas larangan pemerintah, pihak gereja Katolik pun menggugat ke pengadilan. Ketika muncul kerusuhan yang cenderung meluas, kalangan pemerintah sepakat untuk mencegah tindakan anarki terhadap kalangan minoritas di Malaysia.
Partai oposisi PAS : Islam tidak menyarankan umatnya menyerang rumah ibadah
Beberapa organisasi massa Islam, termasuk partai oposisi PAS yang bergaris keras, juga sepakat dengan keputusan pengadilan. Mereka menyatakan setuju, semua agama Samawi, di mana saja di seluruh dunia, termasuk Kristen dan Yahudi, berhak menggunakan kata ”Allah”. Mereka mengecam keras aksi itu. Islam tidak menyarankan umatnya menyerang rumah ibadah, termasuk gereja dan pengikutnya. Aksi kekerasan itu, menurut PAS, tidak mewakili Islam.
Khusus untuk umat Kristen di Malaysia, kata pemimpin gereja, mereka sudah menggunakan kata ”Allah” sejak berpuluh-puluh tahun bersamaan dengan masuknya Kristen ke negeri itu. Di pedalaman Serawak dan Sabah misalnya, kata ”Allah” sejak awal digunakan setiap kelompok doa.(int)

Harga 'Kopi" Naik ? Ekspor Kopi Sumut Diperketat

Awal tahun 2010, para eksportir kopi di Sumut mulai memperketat ekspor, dengan cara langsung ketimbang melakukan menandatangani kontrak baru. “Penyebab kita perketat ekspor tidak lain karena gejolak rupiah ditambah lagi harga bahan baku yang mahal,” ujar Sekretrais Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia (AEKI) Sumut, Syaidul
Kata Syaidul : "Harga jual kopi asalan lokal Rp 28.000/kg, sedangkan harga ekspor di bursa US$ 3,3-US$3,4/kg, ini membuat eksportir merugi. Jadi pengusaha cenderung melakukan penjualan kalau pembeli cocok dengan harga jual yang ditawarkan"
Sementara itu di tempat terpisah, pengamat perdagangan luar negeri, Suhari Latief mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, ekpsor kopi pada November 2009 mengalami kenaikan dibandingkan sebelumnya. Disebutkannya, pada November 2009, nilai ekspor kopi termasuk rempah-rempah tercatat US$17.362.000 atau mengalami peningkatan sebesar 12,76% dari bulan sebelumnya.

Jumat, 08 Januari 2010

SURAT KABAR KATOLIK MALAYSIA "THE HERALD" BERHAK MEMAKAI KATA "ALLAH"

PENGADILAN TINGGI MALAYSIA : THE HERALD BERHAK MEMAKAI KATA "ALLAH"
Kuala Lumpur , Pengadilan Tinggi Malaysia, Kamis (31/12/2009), memutuskan bahwa Suratkabar Katolik Malaysia itu memiliki hak konstitusional untuk memakai kata "Allah", dan menyatakan tak berlaku terhadap putusan pemerintah yang terdahulu melarang penerjemahan tersebut sebagai "ilegal" setelah perdebatan panjang antara pihak The Herald tersebut dan Pemerintah Malaysia, negara mayoritas Muslim ini. The Herald telah memakai "Allah" sebagai terjemahan "Tuhan" pada edisi bahasa Melayunya. Namun, pemerintah berpendapat bahwa kata "Allah" seharusnya hanya digunakan untuk kaum Muslim.
KELOMPOK MUSLIM MALAYSIA KEBERATAN DAN PROTES
Meskipun Pengadilan Tinggi Malaysia telah mengizinkan penggunaan kata "Allah" bagi non-Muslim, namun sekelompok Muslim di Malaysia menyatakan keberatan atas putusan itu. "Putusan pengadilan itu tak benar, dan kami berencana mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk memprotes," kata Syed Hassan Syed Ali, Sekjen Pribumi Perkasa Malaysia. Syed Hassan Syed Ali dan 50 aktivis Malaysia lainnya telah mengadakan protes kecil atas putusan itu di luar sebuah masjid, Jumat (1/1/2010).
MUFTI PERAK UTARA : PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MALAYSIA SEBAGAI PENGHINAAN BAGI UMAT MUSLIM MALAYSIA
"Kami prihatin bahwa kemenangan di pengadilan tersebut akan memberi alasan bagi misionaris Kristen untuk menggunakan kata itu sehingga membuat rancu (identitas) Muslim dan mengganggu keharmonisan antaragama," ungkapnya.
Penasihat Federasi Asosiasi Pelajar Malaysia, Reezal Merican, mengatakan, walaupun putusan pengadilan itu harus dihormati, pemerintah harus banding.
"Kami ingin hidup damai dengan semua agama di sini, tetapi kata 'Allah' secara tradisional di Malaysia telah digunakan untuk merepresentasikan Tuhan-nya umat Muslim, yang berbeda dari Tuhan dalam ke-Kristen-an, dan ini harus diperjelas," tukasnya. Mufti Negara Bagian Perak Utara juga mengkritik putusan itu dan menyebutnya sebagai "penghinaan bagi umat Muslim di negara ini," seperti dikutip Utusan Malaysia yang berbahasa Melayu.
BAGIAN KETEGANGAN HUBUNGAN MUSLIM DAN KAUM MINORITAS MALAYSIA

Suratkabar Mingguan Katolik The Herald dicetak dalam empat bahasa, dengan sirkulasi 14.000 eksemplar per minggu di negara yang berpopulasi Katolik 850.000 orang itu. Kasus pengadilan ini sebenarnya hanya merupakan satu dari serangkaian perdebatan agamawi yang telah berlangsung selama beberapa tahun yang menimbulkan ketegangan hubungan Muslim Malaysia dengan kaum minoritas (red-pemeluk non-muslim) seperti warga China dan India dan lainnya.

Kamis, 07 Januari 2010

DRAMA APPROVAL FPJP Rp. 6,7 T BANK CENTURY

Dalam pemeriksaan Pansus Angket Bank Century, Kamis (7/1/2010) malam.
Saat ditanya tentang rapat perubahan Peraturan BI Nomor 10/26/2008 tentang Syarat Mendapatkan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) pada 13 November 2008 membahas mengenai perubahan Peraturan BI Nomor 10/26/2008 tentang Syarat Mendapatkan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek. Perubahan Peraturan BI Nomor 10/26/PBI/2008 tanggal 30 Oktober mengenai syarat bank yang dapat mengajukan FPJP menjadi pangkal "mulus"-nya Bank Century mendapatkan kucuran dana Rp 6,7 triliun.
DRAMA APPROVAL FPJP Rp. 6,7 T BANK CENTURY : TIGA PETINGGI BI MENANGIS, YAITU GUBERNUR BI (SAAT ITU) BOEDIONO, DEPUTI GUBERNUR SENIOR BI MIRANDA GOELTOM, DAN DEPUTI GUBERNUR BI BIDANG PENGAWASAN SITI FADJRIJAH,” UJAR MANTAN DIREKTUR PENGAWASAN BI, ZAINAL ABIDIN.
Pernyataan Zainal Abidin mengejutkan anggota Pansus dan terus mendalami kesaksian ini. "Saya enggak tahu mereka menangis karena apa. Hanya menyaksikan mereka bertiga menangis," kata mantan Direktur Pengawasan BI ini. Salah satu Anggota Pansus, Akbar Faisal, menanyakan mengapa manangis , namun Zinal hanya menjawab : "Tidak tahu, enggak bilang sama saya.”
HALIM ALAMSYAH LUPA , MIRANDA GULTOM MENDUKUNG ATAU MENOLAK FPJP Rp. 6,7 T BANK CENTURY.
Saksi lainnya, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Halim Alamsyah, mengaku tidak mengetahui ada "drama tangisan" dalam rapat yang "memuluskan" Bank Century mendapat dana talangan Rp 6,7 triliun itu. Namun, menurut Halim, sebelum itu memang terjadi perdebatan sengit antara Miranda Goeltom dan Direktur Pengawasan Bank II, Endang Sedyaji. Perdebatan itu, menurutnya, mengenai perubahan FPJP. Ketika Anggota Pansus, Marwan Djafar, berntanya : "Ibu Miranda Gultom mendukung atau menolak FPJP Rp.6,7 T ?" , Halim Alamsyah spontah menjawab "Saya lupa."
Saksi lain, mantan Ketua Tim Pengawasan Bank I, Heru Kristiana, mengatakan tidak terlalu mengamati suasana dramatis itu. Namun, ia membenarkan adanya perdebatan keras antara Miranda dan Endang dalam rapat tersebut.